Pengertian
I’tidal
adalah posisi dimana setelah selesai ruku', kita bangkit dari ruku' dengan
mengangkat dua tangan hingga sejajar dengan dua bahu/telinga sambil mengucapkan
Sami'alloohu liman hamidah. Kemudian disusul dengan membaca
Robbanaa wa lakal-hamdu, atau bacaan i'tidal
yang lain, sehingga berdiri tegak dan setiap tulang kembali ke
tempatnya.
Bagaimanakah cara I’tidal yang benar ?
‘Ulama berbeda pendapat tentang cara I’tidal, apakah tangan kembali
bersedekap sebagaimana sebelum ruku’, atau tangan dilepas sebagaimana sebelum
shalat. Dalam hal ini terjadi 2 pendapat.
Pendapat
pertama,
Orang yang shalat, setelah bangkit dari ruku’ lalu I’tidal, tangan harus
bersedekap sebagaimana keadaan sebelum ruku’. Mereka mengetengahkan alasan
sebagai berikut :
عَنْ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص اِذَا كَانَ قَائِمًا فِى
الصَّلَاةِ قَبَضَ بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ.
النسائى 2: 125
Dari
Wail bin Hujr, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW apabila beliau berdiri
dalam shalat, beliau menggenggam dengan tangan kanannya pada tangan
kirinya”.
[HR. Nasaaiy juz 2, hal. 125]
عَنْ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيّ ص فَوَضَعَ يَدَهُ اْليُمْنَى
عَلَى يَدِهِ اْليُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ.
ابن خزيمة
Dari
Wail bin Hujr, ia berkata : Saya pernah shalat bersama Nabi SAW, ia meletakkan
tangan kanannya pada tangan kirinya di dadanya.
[HR. Ibnu Khuzaimah]
عَنْ
سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُوْنَ اَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ
يَدَهُ اْليُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ اْليُسْرَى فِى الصَّلَاةِ.
البخارى 1: 180
Dari
Sahl bin Sa’ad, ia berkata, “Adalah orang-orang (para shahabat) diperintahkan
(Nabi SAW), bahwa seseorang agar meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya
dalam shalat”.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 180]
Dari hadits shahih ini ada petunjuk disyariatkannya bagi orang yang
shalat supaya meletakkan tangan kanan pada tangan kirinya ketika berdiri, baik
sebelum ruku’ maupun sesudahnya. Karena Sahl bin Sa’ad mengkhabarkan bahwa
orang-orang (para shahabat) diperintahkan oleh Nabi SAW bahwa seseorang agar
meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya di dalam shalat. Dan telah
dimengerti bahwasanya hadits menjelaskan agar orang yang shalat dalam keadaan
ruku’ ia meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya, dalam keadaan
sujud ia meletakkan kedua telapak tangannya pada bumi (tempat sujud) sejajar
dengan kedua bahunya atau telinganya, dalam keadaan duduk antara dua sujud dan
dalam tasyahhud ia meletakkan tangannya pada kedua paha dan lututnya, semuanya
itu dengan dalil masing-masing secara terperinci. Dengan demikian dapatlah
dimengerti bahwasanya maksud dalam hadits riwayat Sahl bin Sa’ad dan Wail bin
Hujr itu adalah disyari’atkan bagi orang yang shalat ketika berdiri dalam shalat
agar meletakkan tangan kanan pada tangan kirinya (bersedekap), sama saja baik
ketika berdiri sebelum ruku’ maupun sesudahnya. Karena tidak ada riwayat dari
Nabi SAW yang membedakan antara keduanya, oleh karena itu barangsiapa membedakan
keduanya haruslah ia tunjukkan dalilnya.
Jadi maksud perintah bersedekap dalam shalat itu, yang mestinya tetap
dikerjakan selama di dalam shalat, ternyata ditujukan hanya ketika berdiri saja.
Pemalingan ini karena adanya dalil lain, yaitu dalil perincian tentang
meletakkan telapak tangan ketika ruku’, sujud, duduk antara dua sujud, dan duduk
tasyahhud. Dengan demikian maksud disyari’atkannya bersedekap dalam shalat pada
hadits Bukhari dan lainnya itu adalah tidak dari awwal sampai akhir harus
bersedekap, tetapi ditujukan hanya pada waktu berdiri saja sebagaimana riwayat
Nasaiy di atas.
Orang yang shalatnya mencontoh Nabi SAW mesti bersedekap. Ia tidak akan
melepaskan sedekap kecuali untuk mengerjakan dalil yang khusus. Pengertian
berdiri dalam shalat ini umum, meliputi berdiri sebelum dan sesudah ruku’.
Keumuman ini tetap terpakai selama tidak ada yang
mengkhususkannya.
Mereka yang tidak mau melakukan tanpa memiliki alasan, berarti tidak
mencontoh shalatnya Nabi SAW. Karena berdiri dalam shalat ada dua macam, yaitu
sebelum dan sesudah ruku’, maka pada kedua tempat itu mesti
bersedekap.
Tambahan :
Disamping dalil umum wajibnya meletakkan tangan kanan pada tangan kiri di
dada ketika berdiri dalam shalat, adanya sedekap juga disimpulkan dari riwayat
berikut ini.
عَنْ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ
ص حِيْنَ كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِذَاءَ اُذُنَيْهِ، ثُمَّ حِيْنَ رَكَعَ، ثُمَّ
حِيْنَ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَفَعَ
يَدَيْهِ، وَ رَأَيْتُهُ مُمْسِكًا بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ فِي
الصَّلَاةِ….
احمد
Dari
Wail bin Hujr, ia berkata : Saya pernah melihat Nabi SAW ketika bertakbir,
beliau mengangkat kedua tangannya sehingga sejajar dengan daun telinganya,
kemudian (juga mengangkat tangan) ketika ruku’, kemudian ketika mengucap
“Sami’alloohu liman hamidah”, (juga mengangkat kedua tangannya), dan pada waktu
itu saya melihatnya dalam keadaan memegang dengan tangan kanannya pada tangan
kirinya dalam shalat”.
….. [HR. Ahmad]
Ucapan Wail bin Hujr dalam hadits tersebut “roaituhu mumsikan biyamiinihi
‘alaa syimaalihi”, merupakan petunjuk yang sangat jelas, bahwa setelah bangkit
dari ruku’ (ketika berdiri I’tidal), tanngan kanan berada di atas tangan kiri,
dan tentu saja letaknya di dada, karena ada riwayat lain yang menerangkan
demikian, sebagaimana berikut ini :
عَنْ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيّ ص فَوَضَعَ يَدَهُ اْليُمْنَى
عَلَى يَدِهِ اْليُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ.
ابن خزيمة
Dari
Wail bin Hujr, ia berkata : Saya pernah shalat bersama Nabi SAW, ia meletakkan
tangan kanannya pada tangan kirinya di dadanya.
[HR. Ibnu Khuzaimah]
Kalau riwayat di atas masih dianggap belum cukup, maka berikut ini adalah
kesaksian lain dari Wail bin Hujr ketika ia shalat bersama Nabi SAW
:
صَلَّيْتُ
خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ ص، فَكَبَّرَ حِيْنَ دَخَلَ وَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَحِيْنَ
اَرَادَ اَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ، وَ حِيْنَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَ وَضَعَ
كَفَّيْهِ ….
احمد
Saya
pernah shalat di belakang Nabi SAW, maka ia bertakbir ketika masuk (memulai
shalat), dan mengangkat kedua tangannya, dan ketika akan ruku’ ia angkat kedua
tangannya, dan ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ ia juga mengangkat kedua
tangannya, dan ia meletakkan kedua telapak tangannya ….. [HR. Ahmad]
Riwayat yang terakhir inipun cukup terang menjelaskan bahwa ketika
bangkit dari ruku’ beliau mengangkat kedua tangannya dan kemudian meletakkan
kedua telapak tangannya.
Meskipun pada riwayat ini tidak dijelaskan dimana kedua telapak tangannya
diletakkan, tetapi riwayat lain (sebagaimana yang tersebut di atas) menerangkan
bahwa yang dimaksud adalah di dada. Adapun waktunya setelah bangkit dari ruku’,
yaitu ketika berdiri I’tidal.
Mudah-mudahan dengan beberapa riwayat tersebut di atas cukup meyaqinkan
kita terhadap kebenaran sedekap pada waktu berdiri
I’tidal.
Demikianlah alasan yang diketengahkan oleh pendapat
pertama.
Pendapat
kedua,
Orang yang shalat, setelah bangkit dari ruku’ lalu I’tidal, tangan
dilepas sebagaimana sebelum shalat. Alasannya sebagai berikut
:
عَنْ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص اِذَا كَانَ قَائِمًا فِى
الصَّلَاةِ قَبَضَ بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ.
النسائى 2: 125
Dari
Wail bin Hujr, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW apabila beliau berdiri
dalam shalat, beliau menggenggam dengan tangan kanannya pada tangan
kirinya”.
[HR. Nasaaiy juz 2, hal. 125]
عَنْ
سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُوْنَ اَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ
يَدَهُ اْليُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ اْليُسْرَى فِى الصَّلَاةِ.
البخارى 1: 180
Dari
Sahl bin Sa’ad, ia berkata, “Adalah orang-orang (para shahabat) diperintahkan
(Nabi SAW), bahwa seseorang agar meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya
dalam shalat”.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 180]
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: مَرَّ بِى النَّبِيُّ ص وَ اَنَا وَاضِعٌ
يَدِى اليُسْرَى عَلَى اْليُمْنَى. فَاَخَذَ بِيَدِى اْليُمْنَى فَوَضَعَهَا عَلَى
اْليُسْرَى.
ابن ماجه 1: 266
Dari
‘Abdullah
bin Mas’ud,
dia berkata, “Nabi
SAW melewati aku ketika aku (sedang shalat dengan) meletakkan tangan kiri pada
tangan kanan. Maka beliau memegang tanganku yang kanan, lalu meletakkannya pada
tanganku yang kiri”.
[HR. Ibnu Majah juz I, hal. 266]
عَنْ
قَبِيْصَةَ بْنِ هُلَبٍ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ ص يَنْصَرِفُ
عَنْ يَمِيْنِهِ وَ عَنْ يَسَارِهِ وَ رَأَيْتُهُ قَالَ يَضَعُ هذِهِ عَلَى
صَدْرِهِ، وَصَفَ يَحْيَى اْليُمْنَى عَلَى اْليُسْرَى فَوْقَ الْمِفْصَلِ.
احمد
8: 225 رقم 22026
Dari
Qabishah bin Hulab dari bapaknya, ia berkata, “Saya
pernah melihat Nabi SAW berpaling (selesai shalat) dari sebelah kanan dan dari
sebelah kirinya. Dan aku melihatnya beliau meletakkan ini pada
dadanya”.
Yahya (perawi hadits) menerangkan yaitu beliau meletakkan tangan kanan pada
tangan kirinya di pergelangan”.
[HR. Ahmad juz 8, hal. 225 hadits no. 22026].
عَنْ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ وَضَعَ يَدَهُ
اْليُمْنَى عَلَى يَدِهِ اْليُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ.
ابن حزيمة 1: 243
Dari
Wail bin Hujr, ia berkata : Saya pernah shalat bersama Rasulullah SAW, dan
beliau meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya di dada
beliau.
[HR. Ibnu Khuzaimah juz 1, hal. 243]
عَنْ
طَاوُسٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَضَعُ يَدَهُ اْليُمْنَى عَلَى يَدِهِ
اْليُسْرَى ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَ هُوَ فِى
الصَّلَاةِ.
ابو داود 1: 201
Dari
Thawus, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW meletakkan tangannya yang kanan pada
tangannya yang kiri, kemudian beliau memegangnya erat-erat di dadanya ketika
shalat.
[HR. Abu Dawud juz 1, hal. 201]
عَنْ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ قُلْتُ
لَاَنْظُرَنَّ اِلَى صَلَاةِ رَسُوْلِ اللهِ ص كَيْفَ
يُصَلّى فَنَظَرْتُ اِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ وَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا
بِاُذُنَيْهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى كَفّهِ الْيُسْرَى وَ الرُّسْغِ
وَ السَّاعِدِ.
النسائى 2: 126
Dari
Wail bin Hujr, ia berkata : Aku berkata, “Sungguh aku ingin melihat shalat
Rasulullah SAW bagaimana beliau shalat, maka saya melihat beliau, maka beliau
berdiri, lalu beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangan beliau sehingga
sejajar dengan daun telinga, kemudian beliau meletakkan tangan kanannya pada
telapak tangan kirinya.dan pergelangan tangannya dan lengannya.
[HR. Nasaaiy juz 2, hal. 126]
Hadits hadits yang menerangkan tentang bersedekap pada saat berdiri dalam
shalat itu adalah pernyataan umum, tetapi yang dimaksud adalah khusus (yaitu
setelah takbiratul ihram, sampai sebelum ruku’). Hadits berikut ini menunjukkan
kekhususan itu.
عَنْ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ اَنَّهُ رَاَى النَّبِيَّ ص رَفَعَ يَدَيْهِ حِيْنَ دَخَلَ فِى
الصَّلَاةِ كَبَّرَ (وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ اُذُنَيْهِ) ثُمَّ اِلْتَحَفَ
بِثَوْبِهِ. ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنىَ عَلَى الْيُسْرَى. فَلَمَّا اَرَادَ
اَنْ يَرْكَعَ اَخْرَجَ يَدَيْهِ مِنَ الثَّوْبِ ثُمَّ رَفَعَهُمَا. ثُمَّ كَبَّرَ
فَرَكَعَ. فَلَمَّا قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ. فَلَمَّا
سَجَدَ سَجَدَ بَيْنَ كَفَّيْهِ.
مسلم 1: 301
Dari
Wail bin Hujr, sesungguhnya ia melihat Nabi SAW mengangkat kedua tangannya dan
bertakbir pada waktu memulai shalat, (Hammam, perawi hadits menerangkan : beliau
mengangkat tangannya hingga sejajar kedua telinganya), kemudian beliau
berselimut dengan pakaiannya, kemudian beliau meletakkan tangan kanannya pada
tangan kirinya (bersedekap). Ketika beliau akan ruku’, beliau mengeluarkan kedua
tangannya dari pakaiannya, kemudian mengangkat keduanya, kemudian bertakbir dan
ruku’. Lalu ketika beliau membaca Sami’alloohu liman hamidah, beliau
mengangkat kedua tangannya, dan ketika sujud beliau sujud diantara dua tapak
tangannya” [HR.
Muslim juz I, hal. 301]
Di dalam hadits ini jelas bahwa Nabi SAW meletakkan tangan kanannya pada
tangan kirinya (bersedekap) itu beliau lakukan setelah takbiratul ihram sampai
akan ruku’. Dan setelah ruku’ tidak ada keterangan beliau kembali
bersedekap.
Jadi, orang yang shalat, ketika I’tidal tangannya tidak bersedekap,
tetapi dilepas, karena tidak ada hadits yang jelas-jelas menunjukkan bahwa Nabi
SAW bersedekap ketika I’tidal, sedangkan dalam hal ibadah kita hanya sekedar
mengikut kepada contoh dari Nabi SAW.
Penjelasan :
Kami sependapat dengan pendapat kedua, dengan alasan sebagaimana yang
telah diketengahkan di atas, dan dengan tambahan keterangan sebagai berikut
:
Hadits riwayat Ahmad (yang pertama pada tambahan) yang dipakai alasan
pendapat pertama, kalau dipotong seperti itu, maka seolah-olah benar bahwa Nabi
SAW setelah bangkit dari ruku’ kemudian beliau bersedekap. Padahal tidak
demikian, tetapi di situ Wail bin Hujr setelah melihat shalat Nabi SAW lalu dia
menerangkan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dari takbiratul ihram sampai
attahiyyat. Hadits tersebut lengkapnya sebagai berikut
:
عَنْ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ
ص حِيْنَ كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِذَاءَ اُذُنَيْهِ
ثُمَّ حِيْنَ رَكَعَ ثُمَّ حِيْنَ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ
يَدَيْهِ، وَ رَأَيْتُهُ مُمْسِكًا بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ فِي الصَّلَاةِ،
فَلَمَّا جَلَسَ حَلَّقَ بِالْوُسْطَى وَاْلاِبْهَامِ وَ اَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ
وَ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ اْليُمْنَى وَ وَضَعَ يَدَهُ
الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى.
احمد 6: 478، رقم: 18893
Dari
Wail bin Hujr, ia berkata : Aku melihat Nabi SAW (shalat), ketika bertakbir
beliau mengangkat kedua tangannya sehingga sejajar dengan daun telinganya,
kemudian ketika akan ruku’, kemudian ketika mengucap “Sami’alloohu liman
hamidah”, beliau mengangkat kedua tangannya. Dan aku melihat beliau memegang
tangan kirinya dengan tangan kanannya di dalam shalat. Lalu ketika beliau duduk
(attahiyyat), beliau melingkarkan jari tengahnya dengan ibu jari, dan berisyarat
dengan (menjulurkan) jari telunjuknya, dan beliau meletakkan tangan kanannya
pada paha yang kanan dan meletakkan tangan kirinya pada paha yang
kiri”.
[HR. Ahmad, juz 6, hal. 478, no. 18893]
Dalam hadits ini Wail bin Hujr menerangkan bahwa Nabi SAW bersedekap di
dalam shalat, tetapi tidak menerangkan bahwa beliau bersedekap ketika
I’tidal.
Kalimat “wa roaituhu mumsikan biyamiinihi ‘alaa syimaalihi” itu artinya
“dan aku melihat beliau memegang tangan kirinya dengan tangan
kanannya”, bukan “kemudian aku melihat beliau memegang tangan
kirinya dengan tangan kanannya”, karena di situ kata (وَ) artinya “dan”, bukan memakai
kata-kata (ثُمَّ) yang artinya
“kemudian”.
Jadi maksud hadits itu, Nabi SAW bersedekap setelah takbiratul ihram
sampai sebelum ruku’. Dan tidak bisa dipahami bahwa Nabi SAW bersedekap ketika
I’tidal. Dan tidak bisa pula dipahami bahwa Nabi SAW bersedekap ketika I’tidal
dan tidak bersedekap ketika membaca Al-Fatihah dan surat, dengan alasan
penyebutan bersedekap itu sesudah penyebutan ruku’, sedangkan sebelum
menyebutkan ruku’ malah tidak disebutkan tentang
bersedekap.
Adapun hadits riwayat Ahmad (yang kedua pada tambahan), itupun maksudnya
bukanlah Nabi SAW setelah ruku’ lalu bersedekap, tetapi maksudnya di situ Wail
bin Hujr menerangkan bahwa Nabi SAW ketika shalat beliau meletakkan kedua
telapak tangannya ketika sujud. Bahkan hadits itu sama sekali tidak menerangkan
tentang bersedekap. Hadits tersebut lengkapnya sebagai berikut
:
عَنْ
وَائِلٍ اْلحَضْرَمِيّ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ ص، فَكَبَّرَ حِيْنَ
دَخَلَ وَ رَفَعَ يَدَيْهِ
وَ حِيْنَ اَرَادَ اَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَ حِيْنَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ
الرُّكُوْعِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَ وَضَعَ كَفَّيْهِ وَ جَافَى وَ فَرَشَ فَخِذَهُ
الْيُسْرَى مِنَ الْيُمْنَى وَ اَشَارَ بِاُصْبُعِهِ السَّبَّابَةِ.
احمد 6: 475، رقم: 18877
Dari
Wail Al-Hadlramiy, ia berkata : Aku shalat di belakang Rasulullah SAW, maka
ketika memulai beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangannya, ketika akan
ruku’ beliau mengangkat kedua tangannya, ketika mengangkat kepalanya dari ruku’
beliau mengangkat kedua tangannya, dan beliau meletakkan kedua telapak tangannya
(ketika sujud) dan merenggangkan tangannya (dari lambungnya), dan (ketika
attahiyyat) beliau bertumpu pada pahanya yang kiri, dan dari pahanya yang kanan
beliau berisyarat dengan jari telunjuknya. [HR. Ahmad juz 6, hal. 475, no.
18877]
Di dalam hadits ini bahkan sama sekali tidak menerangkan tentang
bersedekap. Adapun arti “wa wadlo’a kaffaihi” itu artinya beliau meletakkan
kedua telapak tangannya (di waktu sujud). Mengartikan yang demikian ini sesuai
dengan hadits di bawah ini :
عَنْ
اَبِى حُمَيـْدٍ السَّاعِدِيّ اَنَّ النَّبِىَّ ص كَانَ اِذَا سَجَدَ اَمْكَنَ
اَنْفَهُ وَ جَبْهَتَهُ اْلاَرْضَ، نَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ، وَ وَضَعَ
كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ.
الترمذى 1: 169، رقم: 269
Dari
Abu Humaid As-Saa’idiy,
bahwasanya Nabi SAW apabila sujud, beliau menekankan hidung dan dahinya ke bumi,
dan menjauhkan dua tangannya dari dua lambungnya dan meletakkan dua tapak
tangannya sejajar dengan dua bahunya".
[HR. Tirmidzi juz 1, hal. 169, no. 269]
عَنِ
الْبَرَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ
وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ.
مسلم 1: 356
Dari
Baraa', ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kamu bersujud, maka
letakkanlah dua tapak tanganmu dan angkatlah dua sikumu".
[HR. Muslim juz 1, hal. 356]
Demikian alasan-alasan yang dapat kami kemukakan. Walloohu
a’lam.

Social Plugin